Hemoglobin adalah protein yang terdapat dalam sel
darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
dan membawa karbon dioksida dari jaringan kembali ke paru-paru untuk
dikeluarkan. Hemoglobin terdiri dari empat subunit protein (dua alpha dan dua
beta) yang masing-masing mengikat satu molekul oksigen.
Fungsi:
Transportasi Oksigen: Hemoglobin mengikat oksigen di
paru-paru dan melepaskannya di jaringan tubuh, yang memungkinkan sel-sel tubuh
mendapatkan oksigen yang diperlukan untuk metabolisme
Transportasi Karbon Dioksida: Hemoglobin juga
membantu membawa karbon dioksida dari jaringan kembali ke paru-paru untuk
dikeluarkan dari tubuh.
Bufferisasi: Hemoglobin berperan dalam menstabilkan
pH darah dengan mengikat dan melepaskan ion hidrogen.
Nilai Normal:
·
Pria Dewasa: 13.8 - 17.2 g/dL
·
Wanita Dewasa: 12.1 - 15.1 g/dL
·
Anak-Anak: Bergantung pada usia, biasanya 11.0 -
16.0 g/dL
Kelebihan dan Kekurangan:
Kekurangan Hemoglobin (Anemia): Dapat disebabkan oleh
kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, atau kehilangan darah. Gejala
termasuk kelelahan, pucat, dan sesak napas.
Kelebihan Hemoglobin (Polisitemia): Dapat disebabkan
oleh kondisi seperti polisitemia vera atau dehidrasi berat. Gejala dapat
mencakup kemerahan pada kulit, sakit kepala, dan peningkatan risiko pembekuan
darah.
Parameter Parameter Terkait:
Hematokrit (Hct)
Hematokrit adalah persentase volume darah yang terdiri dari sel darah
merah. Ini mengukur seberapa banyak sel darah merah yang ada dalam darah.
Fungsi - Menilai proporsi sel darah merah dalam darah yang dapat
membantu dalam mendiagnosis anemia dan kondisi lain yang mempengaruhi jumlah
sel darah merah.
Nilai Normal:
·
Pria Dewasa: 40.7% - 50.3%
·
Wanita Dewasa: 36.1% - 44.3%
·
Anak-Anak: Bergantung pada usia, biasanya 34.0%
- 46.0%
Kelebihan
dan Kekurangan:
Kekurangan Hematokrit: Menunjukkan anemia atau kehilangan darah.
Kelebihan Hematokrit: Dapat mengindikasikan dehidrasi atau polisitemia.
Volume Sel Rata-Rata (MCV)
MCV mengukur rata-rata ukuran sel darah merah. Ini menunjukkan seberapa
besar atau kecil sel darah merah dibandingkan dengan normal.
Fungsi - Membantu dalam klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel darah
merah (mikrositik atau makrositik).
Nilai Normal:
80 - 100 fL (femtoliter)
Kelebihan dan Kekurangan:
MCV Rendah: Menunjukkan anemia mikrositik, seperti anemia defisiensi
besi.
MCV Tinggi: Menunjukkan anemia makrositik, seperti anemia defisiensi
vitamin B12 atau asam folat.
Hemoglobin Rata-Rata per Sel (MCH)
MCH mengukur rata-rata jumlah hemoglobin dalam setiap sel darah merah.
Fungsi - Membantu dalam menilai konsentrasi hemoglobin dalam sel darah
merah dan mengidentifikasi jenis anemia.
Nilai Normal:
27 - 31 pg (pikogram) per sel
Kelebihan dan Kekurangan:
MCH Rendah: Menunjukkan anemia hipokromik, seperti anemia defisiensi
besi.
MCH Tinggi: Dapat menunjukkan anemia makrositik, seperti anemia
defisiensi vitamin B12.
Konsentrasi Hemoglobin Rata-Rata per Sel (MCHC)
MCHC mengukur konsentrasi rata-rata hemoglobin dalam sel darah merah.
Ini memberikan informasi tentang kerapatan hemoglobin dalam sel darah merah.
Menilai konsentrasi hemoglobin dalam sel darah merah dan membantu dalam
diagnosis anemia.
Nilai Normal:
32 - 36 g/dL
Kelebihan dan Kekurangan:
MCHC Rendah: Menunjukkan anemia hipokromik, seperti anemia defisiensi
besi.
MCHC Tinggi: Jarang terjadi, bisa menunjukkan kondisi seperti
sferositosis herediter.
Rentang Distribusi Sel Darah Merah (RDW)
RDW mengukur variasi ukuran sel darah merah dalam darah. Ini menunjukkan
seberapa seragam ukuran sel darah merah.
Fungsi - Membantu dalam membedakan jenis anemia dan gangguan hematologi
lainnya.
Nilai Normal:
11.5% - 14.5%
Kelebihan dan Kekurangan:
RDW Tinggi: Menunjukkan variasi ukuran sel darah merah, sering terlihat
dalam anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik.
RDW Rendah: Biasanya tidak signifikan secara klinis, tetapi bisa terjadi
pada anemia yang lebih homogen.
Indeks Sel Darah Merah (MCHC)
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC): Mengukur konsentrasi
rata-rata hemoglobin per volume sel darah merah.
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH): Mengukur jumlah rata-rata hemoglobin
per sel darah merah.
Mean Corpuscular Volume (MCV): Mengukur volume rata-rata sel darah
merah.
Retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah yang belum sepenuhnya matang. Mereka lebih
muda dan baru dikeluarkan dari sumsum tulang.
Fungsi - Menilai produksi sel darah merah dan respons sumsum tulang
terhadap anemia atau kehilangan darah.
Nilai Normal:
0.5% - 1.5% dari total sel darah merah
Kelebihan dan Kekurangan:
Retikulosit Tinggi: Menunjukkan produksi sel darah merah yang meningkat,
bisa terjadi pada anemia hemolitik atau kehilangan darah akut.
Retikulosit Rendah: Menunjukkan penurunan produksi sel darah merah, bisa
terjadi pada anemia aplastik atau gangguan sumsum tulang.
Indeks Kualitas Sel Darah Merah
Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR): Mengukur kecepatan sedimen sel
darah merah dalam tabung untuk menilai peradangan.
C-Reactive Protein (CRP): Meskipun bukan bagian dari panel sel darah
merah, CRP adalah indikator peradangan yang sering diperiksa bersamaan dengan
parameter darah lainnya.
Ketika seseorang mengalami kelainan hemoglobin, berbagai pemeriksaan
tambahan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab dan menentukan jenis
kelainannya. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang terkait dengan hemoglobin
dan penggunaannya untuk mendiagnosis serta mengevaluasi kelainan hemoglobin:
Elektroforesis Hemoglobin
Tes ini memisahkan jenis-jenis hemoglobin dalam sampel darah
berdasarkan muatan listriknya. Ini digunakan untuk mendeteksi hemoglobin
abnormal atau kelainan hemoglobin.
Fungsi:
Diagnostik: Membantu dalam diagnosis penyakit
hemoglobin seperti thalassemia, sickle cell disease, dan hemoglobinopathies
lainnya.
Monitoring: Memantau respons terhadap pengobatan atau
perubahan dalam pola hemoglobin.
Nilai Normal:
Hasil tes akan bervariasi berdasarkan jenis hemoglobin yang
dominan pada individu. Sebagai contoh, hemoglobin A (HbA) adalah hemoglobin
normal pada orang dewasa, sedangkan hemoglobin F (HbF) seharusnya rendah pada
orang dewasa.
Skrining Hemoglobin S
Tes ini khusus digunakan untuk mendeteksi hemoglobin S, yang
merupakan hemoglobin abnormal terkait dengan penyakit sel sabit (sickle cell
disease).
Diagnostik: Mengidentifikasi individu yang memiliki
hemoglobin S yang bisa mengindikasikan penyakit sel sabit atau pembawa
sifatnya.
Nilai Normal:
Hemoglobin S tidak seharusnya hadir dalam konsentrasi yang
signifikan pada individu tanpa penyakit sel sabit.
Skrining Thalassemia
Tes ini mencakup beberapa metode, termasuk analisis DNA dan
elektroforesis hemoglobin, untuk mendeteksi kelainan dalam rantai globin (alpha
atau beta) yang terkait dengan thalassemia.
Fungsi:
Diagnostik: Mendiagnosis thalassemia dan menentukan tipe
spesifik (alpha atau beta) serta beratnya.
Pengujian Genetik: Untuk mengidentifikasi pembawa dan risiko
genetik dalam keluarga.
Nilai Normal:
Hasil bervariasi tergantung pada jenis thalassemia. Pada
individu sehat, hasilnya seharusnya menunjukkan tidak adanya thalassemia.
HPLC (High-Performance Liquid Chromatography) untuk
Hemoglobin
HPLC adalah teknik analitis yang digunakan untuk memisahkan
dan mengukur berbagai jenis hemoglobin dalam darah dengan presisi tinggi.
Diagnostik: Mengidentifikasi dan mengukur konsentrasi
hemoglobin normal dan abnormal.
Monitoring: Memantau terapi dan perubahan dalam pola
hemoglobin.
Nilai Normal:
Hasilnya tergantung pada jenis hemoglobin yang dominan.
Sebagai contoh, pada individu dewasa yang sehat, hemoglobin A (HbA) seharusnya
mendominasi.
Pengujian Genetik untuk Kelainan Hemoglobin
Pengujian genetik melibatkan analisis DNA untuk mendeteksi
mutasi yang menyebabkan kelainan hemoglobin seperti hemoglobinopati atau
thalassemia.
Diagnostik: Mengidentifikasi mutasi genetik yang
menyebabkan kelainan hemoglobin.
Pengujian Pembawa: Menilai risiko genetik bagi
individu dan keturunannya.
Nilai Normal:
Hasilnya tergantung pada jenis kelainan genetik. Pada
individu tanpa kelainan, tidak ada mutasi genetik yang terdeteksi.
Pengukuran Bilirubin
Tes bilirubin mengukur kadar bilirubin dalam darah.
Bilirubin adalah produk sampingan dari pemecahan hemoglobin.
Diagnostik: Menilai gangguan hati atau gangguan
pemecahan sel darah merah. Bilirubin tinggi dapat menunjukkan anemia hemolitik
atau penyakit hati.
Nilai Normal:
·
Total Bilirubin: 0.1 - 1.2 mg/dL
·
Bilirubin Langsung (konjugasi): 0 - 0.3 mg/dL
·
Bilirubin Tidak Langsung (tak terkonjugasi): 0.1
- 1.0 mg/dL
Kadar Besi, Ferritin, dan Kapasitas Pengikatan Zat Besi
Tes ini mengukur kadar zat besi, ferritin (cadangan besi),
dan kapasitas pengikatan zat besi dalam darah untuk menilai status besi tubuh.
Fungsi:
Diagnostik: Menilai anemia defisiensi besi dan gangguan
metabolisme besi. Kadar besi rendah dan ferritin rendah dengan kapasitas
pengikatan zat besi tinggi sering mengindikasikan anemia defisiensi besi.
Nilai Normal:
·
Serum Besi: 60 - 170 µg/dL
·
Ferritin: 20 - 500 ng/mL
·
Total Iron Binding Capacity (TIBC): 240 -
450 µg/dL
Tes Hemoglobin A1c (HbA1c)
Tes ini mengukur rata-rata kadar glukosa dalam darah selama
2-3 bulan terakhir dengan memeriksa hemoglobin yang terglikasi.
Fungsi:
Diagnostik dan Monitoring: Menilai kontrol glukosa pada
diabetes dan membantu dalam manajemen diabetes jangka panjang.
Nilai Normal:
Tidak Diabetik:
4.0% - 5.6%
Diabetes: ≥6.5%
Semua tes ini bekerja bersama untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang kelainan hemoglobin dan kondisi terkait. Dengan hasil dari
berbagai tes ini, dokter dapat mendiagnosis, merencanakan, dan menyesuaikan
pengobatan dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan pasien.